RSS

Thursday, November 8, 2012

Jumlah Investor Pasar Modal Indonesia Cukup Rendah, Why?

Jumlah Investor Pasar Modal Indonesia Cukup Rendah, Why ?

Apa yang membuat jumlah investor pasar modal di Indonesia cukup rendah? Itulah yang membuat tanda tanya setelah membaca kolom pasar modal di rubrik Ekonomi Koran Kompas kemarin (28/06/2012).

Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan hingga tahun 2012 terdapat 2,3 juta investor dari masyarakat dalam negeri. Jumlah tersebut setara dengan 1% dari jumlah penduduk Indonesia. Ternyata itu masih sangat jauh dibanding dengan jumlah investor di Malaysia yang telah mencapai angka 5 juta orang (atau 20% dari jumlah penduduknya). Sedangkan pada saat ini, jumlah investor pasar modal Indonesia baru mencapai angka 1,1 juta. Masih terlalu kecil dengan jumlah penduduk yang lebih besar dari pada Malaysia.

Harus diakui, pasar modal cukup berpengaruh pada kehidupan permodalan perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan perseroan terbuka. Meski bukan satu-satunya, pasar modal bisa menjadi kekuatan taring perekonomian. Pasar modal mampu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk saham untuk menghidupkan sektor industri dalam negeri.

Upaya untuk menambah investor dalam negeri nampaknya bukan hal yang mudah. Pada penjelasan surat kabar tersebut, permasalaha utama yang dihadapi lebih kepada masalah keterbatasan SDM professional berlisensi di pasar modal yang bekerja di sekuritas. Mungkin itu kendala yang harus dihadapi pihak BEI ketika harus mencapai target tersebut. Namun menurut saya, ada hal lain yang menjadi penyebab sulitnya masyarakat kita tertarik untuk terjun ke dunia pasar modal.

Perlu diketahui, sebagian besar para pemain di pasar modal saat ini adalah para investor yang masuk dalam kategori kelas atas. Kelas yang jumlahnya tidak lebih dari 1% jumlah penduduk Indonesia. Untuk kelas menengah masih sedikit yang terlibat sebagai investor. Kelas menengah yang jumlahnya telah meningkat hingga 50% lebih dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia bisa menjadi potensi untuk terlibat sebagai investor di pasar modal. Namun, untuk membidik target kelas menengah, ada tiga hal yang nampaknya menjadi hambatan sehingga ketertarikan bermain di pasar modal kurang.

Pertama, tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat Indonesia masih rendah tentang memahami kerja pasar modal. Sebab, dunia pasar modal butuh pengetahuan dan kemampuan analisis yang tajam untuk mengelola dana mereka agar tidak memperoleh kerugian. Nah, di sinilah peran seperti pemerintah dan pihak terkait melakukan edukasi.

Kedua, kesadaran untuk berpenghasilan dari berbisnis masih rendah. Hampir sebagian besarmasyarakat kelas menegah di Indonesia masih berpenghasilan sebagai karyawan (digaji). Karena sudah terlalu nyaman berpenghasilan sebagai karyawan itulah, keinginan untuk mencari tambahan penghasilan yang beresiko sangat dihindari.

Ketiga, sebagian besar masyarakat kelas menengah adalah masyarakat konsumtif. Hal ini bisa dibuktikan dari hasil survey Kompas yang dimuat pada 8 Juni 2012, menyebutkan bahwa kelas menengah Indonesia adalah masyarakat yang berusaha mengadopsi gaya hidup konsumerisme. Kelas ini lebih suka menghabiskan uang atau penghasilannya untuk menaikan citra dan gaya hidup. Kesan untuk bersikap produktif dalam penggunaan dana belum ada. Sehingga, bepengaruh pada kesadaran untuk berinvestasi di pasar modal yang penuh resiko.

Ketiga poin itu juglah yang menjadi jawaban mengapa investor di Indonesia cukup rendah. Selain masyarakat kelangan kelas atas yang masih snagat sedikit, kesadaran untuk investasi di pasar modal bagi kelas menengah cukup belum banyak. Sehingga, kelas menengah bisa menjadi pemecah masalah untuk meningkatkan jumlah investor pasar modal di Indonesia. Tinggal bagaimana pemerintah dan para pelaku pasar modal mampu membangun kesadaran itu. Dan yang lebih penting lainnya adalah infrastruktur pasar modal hingga palayanan.
Sumber:

0 comments:

Post a Comment